Pekan ini para shipers memasuki pekan kedua. Setelah materi tentang kesehatan fisik pada pekan lalu (misi 1), sekarang giliran kesehatan mental yang dibahas di Kabin Healthy Life, tepatnya tentang keterkaitan antara tubuh dan pikiran (body-mind linked).
Ayunda Nurindah Fitria mengatakan bahwa tubuh dan pikiran itu saling memengaruhi. Kondisi tubuh akan berpengaruh terhadap kondisi mental. Begitu pula sebaliknya.
Tak usah berpikir yang jauh. Segala emosi yang kita rasakan sehari-hari pasti memunculkan reaksi fisiologis. Kesal karena anak-anak berantem terus, misalnya, akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, napas memburu, dada terasa panas, otot-otot menegang, dsb (eh, malah curcol, hahaha).
Reaksi ini dikendalikan oleh sistem saraf otonom, yakni simpatis dan parasimpatis yang bekerja berlawanan. Yang satu berperan saat situasi mengancam atau berbahaya (simpatis) dan yang satunya lagi saat sedang beristirahat (parasimpatis).
Ada pula bagian otak yang berkaitan dengan emosi (terutama takut), perilaku, dan memori. Namanya amygdala. Amygdala terhubung dengan struktur otak lainnya yang mengatur fungsi kognitif (berpikir, belajar, dan mengingat). Karena itu, amygdala dapat mengatur respon fisiologis menurut informasi kognitif yang tersedia.
Latihan
Agar dapat memunculkan reaksi yang tepat dari setiap emosi yang kita rasakan, para shipers diberi misi 2. Pada misi ini, kami harus berlatih untuk mencatat gejala fisik dan kondisi psikologis (emosi dan pikiran) yang muncul saat menghadapi situasi tertentu.
Latihan dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Pada tiap-tiap hari, ada tiga catatan yang harus dibuat: pagi, siang, dan malam. Berikut adalah hasil latihan saya.
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Refleksi Latihan
Melalui latihan ini saya jadi belajar untuk membaca dan memahami diri. Biasanya emosi dan pikiran dibiarkan begitu saja. Gejala fisik tidak pernah diperhatikan dengan saksama, hanya dirasakan tanpa pernah disadari. Oke, ternyata saya terlalu acuh dengan diri sendiri.
Selain itu, saya baru sadar kalau dalam tiga hari itu situasi yang paling sering dan menonjol (baca: melelahkan mental) adalah pertengkaran anak-anak dan pertengkaran saya dengan anak-anak. Asli, lah, emak-emak banget. Huft.
Bagusnya, saya jadi tahu bahwa saya benar-benar harus belajar mengendalikan diri jika berada dalam situasi itu. Kesal dan marah terus, kan, tidak baik untuk kesehatan mental. Anak-anak juga pasti tidak mau punya ibu yang kerjaannya sedikit-sedikit mengomel dan menggerutu. PR, PR!
0 Comments